Senin, 09 Juni 2008

Cagub Cawal Ngabdi Sebuah Fenomena Baru

Figur Cawal, Cagub Maupun Capres mapan dan ngabdi serta punya nilai moralnya bagus, diera pilihan langsung sekarang sudah harus jadi prioritas, jadi seorang pejabat baik walikota, gubernur maupun presiden harus mapan terlebih dahulu. Sehingga mereka tak sampai melakukan tindakan tak terpuji, dengan melakukan korupsi seperti yang kerap terjadi. Kalau mereka sudah kaya, mereka akan bisa mengabdikan diri pada rakyatnya dengan sepenuhnya. Bagaimana mau mimpin rakyat, kalau kehidupan para calon walikota, gubernur maupu presiden sudah susah, untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri saja sudah cukup payah..
Mungkin kita bisa mengaca dibeberapa Negara maju seperti halnya Negara Amerika, bahwa untuk menjadi seorang presiden secara financial mereka sudah cukup, sehingga tak ada kata lain untuk memimpin satu daerah baik Negara bagian maupun presiden mereka tak lain tujuanya hanya untuk mengabdi….. mengabdi….. dan mengabdi, jadi bukan untuk korupsi…. Korupsi…. Korupsi menumpuk harta pribadi. Tentunya untuk menuju kursi panas setingkat walikota saja setidaknya minimal 5 hingga 15 Milyar rupiah harus mereka kantongi, belum juga Gubernur bisa sampai 100 Milyar yang harus mereka siapkan. Kalau calon tak siap dengan anggaran maka mereka akan mencari-cari penyandang dana atau funding yang nantinya akan bisa berbuat apapun terhadap kepala daerah, minta proyek atau minta asset kota yang sebanding dengan dana yang mereka keluarkan.
Tentunya rakyat sekarang sudah cukup cerdas, bahwa bila seorang pimpinann daerah tidak mumpuni dan tak pantas lagi untuk jadi pimpinajn daerah tak akan dipilih lagi, karena ujung-ujungnya akan merugikan masyarakat sendiri. Tak beda dalam mencari pasangan istri. Bebet, bobot harus juga diperhatikan , sehingga kita tak salah pilih, milih kucing dalam karung. Tentunya sebagai pimpinan daerah mereka harus lebih dari yang dipimpin, baik aspek moral, financial maupun aspek intelektualnya, sehingga akan bisa membawah kotanya lebih baik.
Kalau salah pilih yang akan terjadi hanya mengelus dada, karena tak mampu berbuat apa-apa, dan hanya bisa berkata loh kok begini… lo kok begitu, hanya bisa begitu saja. Secara tak sadar kalau kita salah pilih pimpinan dan tak mau tau dengan karakter pimpinan tersebut yang terjadi hanya sebuah kekecewaan. Kenapa asset kota kita habis, kenapa lingkungan kita rusak, kenapa iklim kota jadi panas, kenapa kemacetan dimana-mana, kenapa citra kota jadi berubah, kenapa tak ada aturan yang jelas dalam iklim usaha dan sebagainya… dan sebagainya. Sebelum kita menggerutu mari kita cermati…. Calon calon pimpinan kita, mulai dari persoalan yang terkecil hingga gaya dan karakter kepemimpinannya. Sehingga kita tak sampai terperosok dalam kekecewaan dan kekesalan yang mendalam. (****)